"Jalan Baru" Menurut Musso Sebelum Pemberontakan PKI Madiun Dan Bantahan Hatta Mengenai Tudingan Musso




Musso Saat Berpidato





Musso, tokoh kawakan komunis yang cukup lama bermukim di Uni Soviet, kembali ke Indonesia bersama Suripno pada tanggal 10 Agustus 1948. Tatkala bertemu Presiden Soekarno, Presiden memintanya agar bersedia membantu dengan memperkuat negara dalam melancarkan revolusi.
Ia menjawab: Ik kom hier om orde te scheppen (Saya datang kemari untuk memperbaruinya). Ia segera menyusun konsep yang disebut "Jalan Baru untuk Republik Indonesia" atau yang lebih dikenal "Jalan Baru Musso". Pokok isinya adalah kritik terhadap kebijakan politik yang dijalankan oleh pemimpin-pemimpin komunis Indonesia sejak Proklamasi yang dinilai salah besar.

Musso menegaskan bahwa perjuangan rakyat Indonesia adalah perjuangan melawan imperalis dan karena itu seharusnya Indonesia berada di pihak Uni Soviet.
Ada 3 gagasan utama yang dikemukakan Musso. Pertama membentuk Front Nasional untuk menghimpun kekuatan komunis dan non komunis dibawah PKI. Kedua, mengubah PKI menjadi partai tunggal Marxis-Leninis, dan yang terakhir menyesuaikan perjuangan PKI dengan garis perjuangan Komunis Internasional (Komintern). Tawaran PKI kepada PNI dan Masyumi untuk bersama-sama membentuk front nasional ditolak oleh kedua partai tersebut.


Musso pun meningkatkan serangannya ke pemerintah. Ia menyatakan bahwa revolusi Indonesia itu defensif, harusnya diganti dengan revolusi ofensif. Dalam salah satu pidato di Madiun, ia menuduh Hatta membawa Indonesia ke bawah kekuatan imperalis. Dalam sidang BP KNIP tanggal 2 September 1948 Hatta menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memihak salah satu kubu, baik Amerika maupun Uni Sovyet,
"Mestikah kita bangsa Indonesia," kata Hatta, "Yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih antara pro-Rusia atau pro-Amerika? Apakah tidak ada pendirian lain, yang harus kita ambil?"
Pemerintah berusaha agar negara RI tidak menjadi objek dalam pertarungan politik internasional, tetapi harus menjadi subjek yang berhak menentukan nasib sendiri, berhak menentukan tujuan sendiri.




Source: Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI Penerbit Balai Pustaka

Fabian SSK

“The quality, not the longevity, of one’s life is what is important.” – Martin Luther King Jr.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Formulir Kontak