Kota Majalengka Dibangun Di Atas Kawah Meteor Raksasa?

Kalian pasti tahu kan hantaman asteroid raksasa di Mexico yang berukuran 10 km yang memusnahkan Dinosaurus 65 juta tahun lalu? Apakah di Indonesia pernah ada hantaman asteroid?
Ternyata ada, penelitian di tahun 2011 yang menyebutkan bahwa Kota Majalengka di Jawa Barat dibangun di atas Kawah Meteor raksasa! Ini penjelasannya!







Kota Yang Dibangun Diatas Kawah Meteor







Suatu penelitian ditulis oleh R.P. Koesoemadinata, Guru Besar Emeritus Geologi Institute Teknologi Bandung. Sekilas pada Google Earth map memperlihatkan bahwa adanya Geo Circles bersekala besar di daerah barat daya Majalengka.
Bentuk morfologi ini pernah dipetakan secara geologi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, P3G (sekarang Pusat Survai Geologi, Bandung), dan ditafsirkan sebagain anjakan (thrusting) yang melengkung pada Lembar Arjawinangun (skala 1: 100.000) yang diterbitkan tahun 1973.


Namun struktur geo-circles ini sulit untuk dapat dijelaskan sebagai gejala tektonik, sebagai anjakan (thrusting) walaupun usaha untuk menjelaskan dengan 'gliding tectonics' (tektonik longsoran) sering diajukan.
Penjelasan demikian tidak memuaskan karena struktur anjakan (thrusting, sesar naik) yang berbentuk setengah lingkaran (semi-circles) ini menghadap ke semua arah penjuru angin, sehingga memerlukan keberadaan suatu pusat tinggian, yang justru tidak ada. Juga jurus tektonik regional (regional tectonic trend) sini ada mengarah Barat Laut Tenggara relatif tanpa gangguan.

Justru pusat-pusat geo-circles ini merupakan cekungan, antara lain Cekungan Sungai Cilutung, yang dapat ditafsirkan sebagai kawah raksasa yang di bentuk karena dihantam oleh suatu rentetan beberapa meteor berukuran besar (a train of meteors). Gejala geo-circles baratdaya Majalengka ini merupakan suatu kompleks kawah meteor, dan paling tidak dapat dihitung adanya 5 kawah hantaman (impact craters).
Ada lima kawah dalam struktur ini, masing-masing kawah A = 8,5 km, kawah B = 3,9 km, kawah C = 4,3 km, kawah D = 3,5 km dan kawah E = 4,9 km. Kawah A merupakan kawah utama (karena paling besar) sementara kawah D paling kecil. Jarak lateral pusat kawah A dan D 4 km yang bisa dianggap sebagai jarak dispersi maksimum antar pecahan bolide setelah terfragmentasi.





Kawasan Cilutung Yang Diduga Bekas Kawah Meteor



Anggapan-anggapan ini merupakan standar dalam upaya memodelkan proses tumbukan benda langit. Sementara pemodelannya sendiri dikerjakan dengan pendekatan fisika ledakan nuklir.
Hasilnya, bolide Majalengka semula berupa benda langit minor berdiameter 500 m dengan massa 120 juta ton yang melayang-layang di angkasa pada kecepatan inisial 50 km/detik.

Pada kecepatan relatif 51 km/detik. Selama perjalanan menembus atmosfer, tekanan ram membuat 12 juta ton massa asteroid terlepas oleh penguapan akibat pemanasan ekstratinggi di permukaannya sehingga tersebar ke lapisan atmosfer atas sebagai debu. Pemanasan dan tekanan ram kian meningkat seiring kian masuknya bolide Majalengka ke dalam atmosfer.
Sehingga pada ketinggian 144 km dari permukaan laut, tekanan ram telah melebihi yield strength bolide Majalengka yang sebesar 79 kPa. Akibatnya terjadilah fragmentasi (pemecah belahan) yang membentuk sedikitnya 5 pecahan besar, masing-masing fragmen A (diameter 45 m), fragmen B (195 m), fragmen C (215 m), fragmen D (175 m) dan fragmen E (245 m).


Dasar kawah ini ditutupi oleh batuan pasir tufaan Formasi Citalang, yang ditetapkan umurnya sebagai Pliocene, sekitar 4 juta tahun yang lalu! Dengan demikian kompleks kawah meteor tersebut berumur paling tua 4 juta tahun yang lalu.
Keberadaan adanya "multi- meteor craters” di satu tempat dapat dijelaskan dengan membenturnya iring-iringan meteor yang terdiri pecahan asteroid yang menghantam bumi, sebagaimana halnya dengan yang terjadi di Jupiter beberapa tahun yang lalu yang dibentur secara beruntun oleh Levy-Schumacher 9 yang terdiri dari iring-iringan 9 buah meteor.


Jika benar geo-circles ini adalah kawah hantaman meteor, maka ini pertama kalinya diketemukan meteor crater di Indonesia dan juga di Asia Tenggara. Di negara lain seperti Australia, Asia, Afrika, Eropa, Amerika bahkan di Antartika, sudah banyak diketemukan gejala ini.
Jika sendainya benar bahwa geo-circles ini adalah disebabkan hantaman meteor (meteoric impact) ini mempunyai konsekuensi ekonomis, karena di Mexico suatu hantaman meteor bukan saja membentuk kawah tetapi juga meretakkan batuan di bawahnya dan telah membentuk reservoir minyak bumi. Namun tentu ini masih sangat spekulatif.


Koesoemadinata menduga telah terjadi pelapukan batuan pada lapisan cekungan.
Jejak mineral sisa tumbukan juga menjadi pencarian berikutnya. Saat ditumbuk, batuan mengalami perubahan bentuk akibat tekanan dan panas maha tinggi.
Mineral ini akan menjadi sidik jari tumbukan karena masing-masing tercipta pada tekanan dan temperatur tertentu. Pengeboran merupakan salah satu upaya menemukan bukti-bukti geologis tumbukan meteor di Majalengka.


Namun sepertinya sampai sekarang tidak ada perkembangan dari penelitian ini. Jadi menurut Anda apakah benar Kota Majalengka dibangun di atas kawah meteor Raksasa?

Fabian SSK

“The quality, not the longevity, of one’s life is what is important.” – Martin Luther King Jr.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Formulir Kontak